Thursday, March 1, 2007

Dilema Pemasaran Produk Pertanian Rakyat

Budi Purwo Utomo seorang petani muda dari Kediri Jawa Timur, menghadapi tuntutan hukum dari PT. BISI yang mengklaim teknik pembenihan dan benih jagung yang secara turun temurun dan secara bijak dikembangkan oleh PETANI, sebagai miliknya.

Lain hanya di Kemawi, produksi Pala di sana melimpah, tapi jangan senang dulu, petani kesulitan untuk melepas produknya, kalaupun bisa harganya jatuh. Tak beda jauh dengan Ikhsan, petani yang sedang menanam Nilam di Dusun Semaya Kedung Banteng, Banyumas. Kandungan minyak Atsiri pada tanaman Nilamnya rendah, maka harga jualnya pun jatuh, standar yang diajukan perusahaan penampung Nilam sulit untuk dipenuhi olehnya.

Kalau kita cermati, beberapa kasus diatas menunjukan kesulitan-kesulitan petani untuk memasarkan hasil produksinya. Kalau bukan harganya yang jatuh, kendala-kendala untuk memasarkan dan memperoleh keuntungan selalu menghadang. Bahkan tak jarang kita temui petani-petani yang masih terjerat praktek ijon agar produk pertaniannya cepat terjual meski harga di bawah standar.

Kasus pertama diatas, mungkin kasus baru di negeri ini. Namun, sepertinya kasus serupa akan terus menambah berkas perkara di pengadilan-pengadilan. Pasalnya Indonesia ikut dalam perjanjian TRIPs, suatu perjanjian pertanian internasional yang mengatur paten produk dan proses atas penemuan-penemuan di bidang biotekhnologi, termasuk pangan dan pertanian. Sialnya, hapir 97 persen paten dalam bidang ini telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan agrobisnis raksasa dan berskala dunia. Kalau seperti ini, bagaimana dengan tekhnik budidaya pertanian yang telah ratusan tahun dikembangkan nenek moyang kita dan kebetulan mirip dengan cara perusahaan-perusahaan ini.

Satu lagi, di negara ini, memang harga jual produk pertanian tidak pernah bisa melebihi barang konsumsi lain, kenaikan harga beras tidak pernah dirasakan manisnya oleh petani, mereka terlanjur menjual habis panenannya sebelum musim paceklik yang membumbungkan harga beras tiba.

Selamat Membaca

Baca selengkapnya...