Wanatani berasal dari kata dalam bahasa Jawa "Wana" yang berarti hutan dan "Tani" yang berarti pertanian. Sederhananya wanatani adalah pertanian yang komposisi tanamannya mirip dengan hutan. Namun tidak berarti wanatani se-lebat hutan, namun menggabungkan bermacam-macam manfaat tanaman yang ada di lahan. Misalnya, lahan kebun ditanami tanaman pangan semusim seperti Ketela pohon, Ketela rambat, Jagung, Kacang, tetapi juga ditanami tanaman kayu yang bermanfaat sebagai pencegah erosi dan menyuburkan tanah.
Bila ada pertanyaan mengapa Wanatani masih perlu untuk dibicarakan, jawabannya adalah karena banyak petani yang mengolah lahan perbukitan sudah meninggalkan cara bertani tradisional ini. Hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain kesadaran dan pemahaman yang kurang tentang fungsi keberagaman tanaman di lahan sehingga petani cenderung mengolah lahan dengan hanya menanam tanaman semusim. Penyebab lain adalah karena sebagian petani lahan kering mengelola lahan tidur yang masih dalam sengketa kepemilikan. Misalnya petani Depok Teluk dan Darmakradenan, maka petani hanya menanam tanaman semusim yang cepat panen. Tidak ada tanaman yang berguna bagi lahan. Hal ini juga menyebabkan petani cenderung mengelola dengan asal-asalan dan membahayakan lingkungan.
Faktanya, banyak petani di wilayah Banyumas adalah petani lahan kering, dan banyak petani lahan kering mengelola di bukan tanah miliknya atau masih menjadi sengketa, sehingga apabila pertanian lahan kering yang berkembang tidak dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan, maka ancaman terhadap kehidupan petani lahan kering dan lingkungan hidup di wilayah Banyumas tampak sangat nyata.
Dalam penerapan pembaharuan agraria oleh rakyat (agrarian reform by leverage), kegiatan reclaiming lahan juga harus didukung pengelolaan lahan yang baik dan menjaga kelestarian alam, sehingga pengelolaan lahan oleh rakyat dapat menunjukkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maupun lingkungannya. Petani tidak akan di-cap sebagai "perusak lingkungan" atau sekedar "penjarah" hutan dan perkebunan. Pada posisi ini, wanatani merupakan alternatif strategi penguasaan, pengelolaan, dan mempertahankan lahan yang dapat berkelanjutan secara ekonomi maupun ekologi.
Mengingat pentingnya mengembalikan pola tanam ramah lingkungan di lahan kering/perbukitan, maka pengembangan dan perbaikan wanatani di wilayah Banyumas merupakan kebutuhan mendesak.
Thursday, February 8, 2007
Wanatani; "Alas Sing Tandurane Werna-werna tur Ngasilna Pangan"
Labels:
Edisi Wanatani,
Editorial
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment